Thursday, February 5, 2015

Kolang-Kaling, Biji Buah Beracun yang menjadi Idola




Kolang-kaling, anda pastinya sangat familiar dengan buah yang satu ini kan. Apalagi saat bulan puasa seperti ini, kolang-kaling seakan-akan menjadi buah wajib yang hampir ada di setiap menu berbuka puasa. Kolang-kaling yang memiliki rasa asli tawar ini sering menjadi campuran dalam es campur atau kolak. Biasanya direbus dulu dengan gula sehingga terasa manis saat dimakan. Tapi taukah anda kalau ternyata awalnya kolang-kaling ini merupakan buah beracun, yang bahkan hewan pemakan buah-buahan pun enggan mendekatinya.

Kolang-kaling merupakan biji dari buah pohon aren. Buah aren tumbuh bergelantungan di pohonnya. Bentuk buahnya bulat atau lonjong dengan ujungnya ke dalam. Jika buah aren yang belum terlalu matang dipotong akan terlihat bijinya yang kenyal berwarna bening. Pada saat buah masih muda dengan kulit luarnya berwarna hijau, biji aren mempunyai tekstur yang lembek dan berwarna bening, kulitnya berwarna kuning dan tipis, biji muda inilah yang dinamakan kolang kaling.


Buah aren beracun karena mengandung getah racun yang berada di seluruh permukaan kulitnya. Getah-getah tersebut bisa membuat rasa gatal yang amat perih hingga membuat kulit terasa terbakar. Namun ditangan kreatif orang Indonesia, hari ini buah beracun ini bisa dinikmati.

Cara mengolah buah aren beracun ini sebelum bisa dinikmati ada dua cara, pertama buah aren di bakar hingga hangus, lalu bijinya baru dicukil. Sedangkan cara lainnya adalah dengan merebus buah aren hingga matang, lalu ambil bjinya dengan pisau. Biji-biji buah warna putih itu biasanya masih keras. Untuk melembutkan dan membuat warna daging buah menjadi bening transparan, perlu direndam dalam air bersih bercampur kapur sirih, sekaligus untuk menyerap racun gatal yang mungkin masih tersisa. Berapa lama biji-biji buah direndam? Tergantung seberapa lembut daging buah diinginkan. Yang pasti, makin lama direndam, makin lembut dan bening. Dan sekarang anda bisa mengolah kolang-kaling sesuai dengan keinginan anda. (hikari/ensiklopediaindonesia.com)

No comments:

Post a Comment