Seiring dengan adanya usaha pengembangan kepariwisataan nasional, pariwisata diarahkan sebagai sektor andalan yang mampu menggalakkan kegiatan ekonomi termasuk kegiatan sektor lain yang terkait, sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan daerah, serta pendapatan negara dapat ditingkatkan. Dukungan terhadap usaha pengembangan pariwisata yang lebih terarah dilakukan oleh pemerintah denganmembangun konsep pariwisata nasional dalam wujud Pariwisata-21. Pariwisata-21 memberikan gambaran tentang keinginan dan komitmen bangsa yang berdimensi jangka panjang, tentang kepariwisataan nasional yang dilandasi oleh tujuan dan sasaran pembangunan nasional pada abad 21, terutama dalam mengantisipasi era globalisasi (Ardika, I.G., dkk., 1998).
Prospek pariwisata ke depan sangat menjanjikan bahkan sangat memberikan peluang besar, terutama apabila menyimak angka-angka perkiraan jumlah wisatawan internasional ( inbound tourism ) berdasarkan perkiraan WTO (World Tourism Organitation) yakni 1,046 milyar orang (tahun 2010) dan 1,602 milyar orang (tahun 2020), diantaranya masing-masing 231 juta dan 438 juta orang berada di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Hal ini akan mampu menciptakan pendapatan dunia sebesar USD 2 triliun pada tahun 2020 ( Setyanto P. Santosa).
Berdasarkan angka perkiraan tersebut maka, para pelaku pariwisata Bali khususnya seyogyanya melakukan perencanaan yang matang dan terarah untuk menjawab tantangan sekaligus menangkap peluang yang akan lalu lalang di kawasan kita. Pemanfaatan peluang harus dilakukan melalui pendekatan repositioning keberadaan masing-masing kegiatan pariwisata dimulai dari sejak investasi, promosi, pembuatan produk pariwisata, penyiapan jaringan pemasaran internasional, dan penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas. Kesemuanya ini harus disiapkan untuk memenuhi standar internasional sehingga dapat lebih kompetitif dan menarik, dibandingkan dengan kegiatan yang serupa dari negara-negara di sekitar Indonesia seperti Cina yang sempat memperoleh kunjungan wisatawan tertinggi di daerah Asia Timur dan Pasifik di tahun 2000.
Sumber informasi utama bagi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali adalah sebagai berikut; teman dan keluarga, perusahaan perjalanan, buku pemandu perjalanan (guide book) dan brosur. Di samping itu majalah dan surat kabar juga merupakan sumber informasi yang cukup penting bagi wisatawan mancanegara yang akan melakukan kunjungan wisata ke Bali. Selain itu di era globalisasi, pemanfaatan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) khususnya internet sebagai sumber informasi harus mulai digunakan untuk mengakses Bali dan semua fasilitas wisata yang ditawarkannya. Pemanfaatan internet sebagai sumber informasi mencapai lebih dari 30% (Suradnya, 2005 dan Survai Wisatawan yang Meninggalkan Indonesia, 2005). Pemanfaatan internet dipastikan akan terus meningkat sejalan dengan kemajuan teknologi di bidang informasi dan semakin memasyarakatnya penggunaan internet sebagai sumber informasi.
Para wisman (wisatawan mancanegara) yang berkunjung ke Bali memberikan nilai positip terhadap Bali karena faktor – faktor berikut; alam yang masih asli, keunikan budaya masyarakat Bali, upacara adat dan agama, penduduk yang ramah, keamanan dan kenyamanan dalam berwisata, dan faktor-faktor lainnya yang dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan. Di samping kesan positip, ada sejumlah faktor yang dikeluhkan oleh para wisatawan yang datang ke Bali. Faktor-faktor yang banyak dikeluhkan para wisatawan tersebut meliputi; lingkungan yang kotor, adanya gangguan dari para pedagang asongan, kesulitan mendapatkan informasi wisata, kurangnya fasilitas angkutan umum yang dapat dinikmati mereka selama melakukan perjalanan wisata di Bali, tidak banyak yang dapat dilihat atau dikerjakan, dan lain-lain.
Untuk itu ketersediaan informasi wisata yang lengkap, akurat dan dapat diakses dengan mudah akan menjadi tantangan yang semakin besar ke depan. Hal ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa informasi memegang peran yang semakin penting dalam pengambilan keputusan perjalanan para wisatawan dan mereka umumnya sudah terbiasa hidup dalam lingkungan yang penuh dengan informasi (informed society).
1.2. PERMASALAHAN
Dari latar belakang di atas, terlihat bahwa tersedianya informasi lengkap, akurat dan dapat diakses dengan mudah dan cepat merupakan kebutuhan mendasar dalam pengembangan industri pariwisata Bali. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam kegiatan pengembangan pariwisata Bali untuk membantu peningkatan kunjungan wisatawan manca negara ke Bali.
Salah satu potensi yang perlu dikembangkan adalah dibangunnya Sistem Informasi Pariwisata berbasis Web yang dapat diakses melalui jaringan Internet. Sistem Informasi Pariwisata ini diharapkan dapat memberikan informasi seluas-luasnya bagi para wisatawan yang akan berkunjung ke Bali.
No comments:
Post a Comment