Anda sudah bolak-balik waxing ke salon untuk menghilangkan bulu-bulu tipis di atas bibir, tapi terus saja tumbuh. Anehnya, tak hanya di atas bibir, tapi juga di bawah dagu, rahang, bahkan di dada. Bukan hanya itu, Anda pun harus pikir-pikir seribu kali dulu untuk pakai rok, apalagi rok mini. Pasalnya, betis mulus Anda ditumbuhi bulu yang lumayan lebat, bahkan agak keriting, seperti betis pria dewasa. Kalau ada yang iseng nyeletuk, “Wanita, kok, kakinya berbulu…,” Anda pun gemas setengah mati. Iiih, rasanya kepingin nendang!Tapi, mengapa hanya segelintir wanita saja yang mengalami kondisi ini? Sebenarnya, apa, sih, penyebabnya?
ULAH HORMON ANDROGEN
Sebagai wanita, tentu Anda merasa kurang nyaman dengan kondisi tersebut. Tapi, jangan hanya mencari pemecahan ke salon, cobalah cek ke dokter. Setelah menjalani tes darah, mungkin Anda bisa mendapatkan jawaban yang jelas.
Selama ini, jika bicara soal hormon reproduksi wanita, mungkin yang langsung terlintas di benak Anda adalah estrogen, yaitu hormon utama wanita, yang salah satu tugasnya adalah untuk mematangkan sel telur. Sedangkan pada pria, hormon utama yang berperan adalah androgen, atau dikenal juga sebagai hormon seks (testosteron). Namun, bukan berarti wanita tidak memilikinya. Dalam tubuh wanita juga terdapat hormon androgen, meski jumlahnya hanya sedikit sekali.
Menurut androlog dr. Anita Gunawan MS. Sp. And. dari Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta, hormon androgen memainkan peran penting dalam pengaturan fungsi tubuh wanita, baik sebelum, selama, maupun sesudah menopause. Hormon inilah yang memicu tumbuhnya rambut di ketiak dan pubis saat dimulainya masa puber pada gadis remaja.
Selain itu, androgen juga diperlukan wanita dalam proses pembentukan estrogen, sekaligus memainkan peran penting dalam men-cegah pengeroposan atau hilangnya massa tulang (osteoporosis), mempertahankan gairah seks (libido), dan menyeimbangkan mood.
Bedanya, bila pada pria hormon androgen diproduksi di testis dan anak ginjal (kelenjar yang menempel di atas ginjal), maka pada wanita hanya diproduksi di anak ginjal. Jenis dan jumlahnya juga berbeda. Pada wanita, kadar hormon androgen hanya boleh ada maksimal 10% dibanding pada pria. Jadi, bila pria memproduksi hormon androgen sekitar 6-8 mg per hari, maka wanita seharus-nya hanya memproduksi kurang dari 0,5 mg per hari. Kadarnya sulit dinyatakan dengan pasti, karena nilainya berfluktuasi, tergantung pada usia, siklus haid, dan status menopause wanita yang bersangkutan.
Tapi, dalam hal apa pun, apabila kekurangan atau berlebihan, tentu ada efek negatifnya. Jika tubuh seorang wanita memproduksi hormon pria tersebut secara berlebihan, maka tak perlu heran bila kondisi fisiknya pun menjadi cenderung maskulin (antara lain: berkumis, tumbuh bulu-bulu berlebihan di beberapa bagian tubuh, berbadan kekar). Wanita yang mengalami kelainan hormonal seperti ini biasa disebut wanita androgenik. Namun, untuk memastikan kondisi ini, dibutuhkan tes darah di laboratorium.
ULAH HORMON ANDROGEN
Sebagai wanita, tentu Anda merasa kurang nyaman dengan kondisi tersebut. Tapi, jangan hanya mencari pemecahan ke salon, cobalah cek ke dokter. Setelah menjalani tes darah, mungkin Anda bisa mendapatkan jawaban yang jelas.
Selama ini, jika bicara soal hormon reproduksi wanita, mungkin yang langsung terlintas di benak Anda adalah estrogen, yaitu hormon utama wanita, yang salah satu tugasnya adalah untuk mematangkan sel telur. Sedangkan pada pria, hormon utama yang berperan adalah androgen, atau dikenal juga sebagai hormon seks (testosteron). Namun, bukan berarti wanita tidak memilikinya. Dalam tubuh wanita juga terdapat hormon androgen, meski jumlahnya hanya sedikit sekali.
Menurut androlog dr. Anita Gunawan MS. Sp. And. dari Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta, hormon androgen memainkan peran penting dalam pengaturan fungsi tubuh wanita, baik sebelum, selama, maupun sesudah menopause. Hormon inilah yang memicu tumbuhnya rambut di ketiak dan pubis saat dimulainya masa puber pada gadis remaja.
Selain itu, androgen juga diperlukan wanita dalam proses pembentukan estrogen, sekaligus memainkan peran penting dalam men-cegah pengeroposan atau hilangnya massa tulang (osteoporosis), mempertahankan gairah seks (libido), dan menyeimbangkan mood.
Bedanya, bila pada pria hormon androgen diproduksi di testis dan anak ginjal (kelenjar yang menempel di atas ginjal), maka pada wanita hanya diproduksi di anak ginjal. Jenis dan jumlahnya juga berbeda. Pada wanita, kadar hormon androgen hanya boleh ada maksimal 10% dibanding pada pria. Jadi, bila pria memproduksi hormon androgen sekitar 6-8 mg per hari, maka wanita seharus-nya hanya memproduksi kurang dari 0,5 mg per hari. Kadarnya sulit dinyatakan dengan pasti, karena nilainya berfluktuasi, tergantung pada usia, siklus haid, dan status menopause wanita yang bersangkutan.
Tapi, dalam hal apa pun, apabila kekurangan atau berlebihan, tentu ada efek negatifnya. Jika tubuh seorang wanita memproduksi hormon pria tersebut secara berlebihan, maka tak perlu heran bila kondisi fisiknya pun menjadi cenderung maskulin (antara lain: berkumis, tumbuh bulu-bulu berlebihan di beberapa bagian tubuh, berbadan kekar). Wanita yang mengalami kelainan hormonal seperti ini biasa disebut wanita androgenik. Namun, untuk memastikan kondisi ini, dibutuhkan tes darah di laboratorium.
No comments:
Post a Comment