Dalam misi ini, dua pesawat jelajah luar angkasa tidak akan mendarat di Planet Merah itu atau memasuki orbitnya, namun hanya mengudara di sekitar planet Mars dan kemudian kembali ke bumi.
Menurut multi jutawan Amerika Serikat itu, misi ini akan memakan waktu selama 501 hari. Misi ini akan dilakukan pihak Tito bekerja sama dengan sejumlah perusahaan seperti Paragon dan Applied Defense Solutions.
"Penjelajahan manusia di luar angkasa merupakan katalis kritis bagi kemakmuran dan perkembangan masa depan kita. Ini adalah misi 'A Mission for America' yang akan memicu perkembangan teknologi, pengalaman dan momentum bagi era penjelajahan luar angkasa selanjutnya," tutur Tito (72) seperti dilansir AFP, Kamis (28/2/2013).
Badan Antariksa AS alias NASA telah menetapkan target untuk mengirimkan misi berawak ke Mars pada tahun 2030 mendatang. Misi tersebut difokuskan pada misi jarak pendek dengan mengirimkan robot seperti Curiosity yang telah berhasil mendarat di Mars tahun lalu.
Namun yayasan non-profit milik Tito, Inspiration Mars mencetuskan rencana yang cukup ekstrem, bahkan tanpa adaya kejelasan soal kendaraan yang akan digunakan maupun sumber pendanaannya. Kendati demikian, Kepala Divisi Teknologi yayasan tersebut, Taber MacCallum memastikan bahwa misi wisata ke Mars bisa dilakukan.
"Para ahli yang telah menganalisis risikonya, pencapaian dan jadwal yang padat, menemukan bahwa sistem dan teknologi yang ada hanya membutuhkan integrasi yang tepat, teruji dan dipersiapkan dengan matang untuk penerbangan," ujar MacCallum yang juga Kepala Korporasi Pengembangan Luar Angkasa Paragon.
Menurut MacCallum, tanpa adanya pendaratan di permukaan Mars, maka akan memperkecil risiko misi ini dan memudahkan manuver yang harus dilakukan pesawat. Sementara itu mengenai pendanananya, MacCallum menegaskan, pihaknya tidak berniat meminta dana kepada NASA.
Dibutuhkan dana sekitar US$ 1 miliar hingga US$ 2 miliar (Rp 9,6 triliun - Rp 19,3 triliun) untuk melakukan misi yang dicetuskan Tito tersebut. MacCallum menyatakan, pihaknya akan mengalang dana secara privat dan melalui donasi amal.
Menanggapi pengumuman ini, NASA pun menyambut baik. Mereka bahkan menyatakan hendak melakukan kolaborasi dengan yayasan Inspiration Mars milik Tito. "Menjadi bukti dari keberanian industri luar angkasa komersial di Amerika dan semangat berpetualang dari rakyat Amerika sendiri," demikian pernyataan NASA.
Dalam sejarah penjelajahan luar angkasa, nama Tito sudah cukup dikenal. Pada tahun 2001 lalu, dia merupakan penerbang non-astronot pertama yang mampu mencapai luar angkasa. Saat itu, Tito membeli tiket untuk ikut dalam misi luar angkasa Rusia menggunakan pesawat Soyuz, yang tinggal di Stasiun Luar Angkasa Internasional selama seminggu.
Sumber: 1 2
Menurut MacCallum, tanpa adanya pendaratan di permukaan Mars, maka akan memperkecil risiko misi ini dan memudahkan manuver yang harus dilakukan pesawat. Sementara itu mengenai pendanananya, MacCallum menegaskan, pihaknya tidak berniat meminta dana kepada NASA.
Dibutuhkan dana sekitar US$ 1 miliar hingga US$ 2 miliar (Rp 9,6 triliun - Rp 19,3 triliun) untuk melakukan misi yang dicetuskan Tito tersebut. MacCallum menyatakan, pihaknya akan mengalang dana secara privat dan melalui donasi amal.
Menanggapi pengumuman ini, NASA pun menyambut baik. Mereka bahkan menyatakan hendak melakukan kolaborasi dengan yayasan Inspiration Mars milik Tito. "Menjadi bukti dari keberanian industri luar angkasa komersial di Amerika dan semangat berpetualang dari rakyat Amerika sendiri," demikian pernyataan NASA.
Dalam sejarah penjelajahan luar angkasa, nama Tito sudah cukup dikenal. Pada tahun 2001 lalu, dia merupakan penerbang non-astronot pertama yang mampu mencapai luar angkasa. Saat itu, Tito membeli tiket untuk ikut dalam misi luar angkasa Rusia menggunakan pesawat Soyuz, yang tinggal di Stasiun Luar Angkasa Internasional selama seminggu.
Sumber: 1 2
No comments:
Post a Comment