Tuesday, September 9, 2014
Wisata Bono, Menguji Adrenalin di Liukan Ombak Sungai
Asyik berselancar di ombak bono. Foto: Dok. JPNN.com
Legenda Bono
Bono merupakan nama yang diberikan oleh masyarakat Teluk Meranti kepada gelombang yang terkategori Tidal Bore, yaitu fenomena hidrodinamika yang terkait dengan pergerakan massa air dimana gelombang pasang menjalar menuju ke hulu dengan kekuatan yang bersifat merusak.
Bono menjadi terkenal karena telah cukup banyak memakan korban jiwa dan merusakkan kapal-kapal yang sedang melintas jika harus berpapasan tanpa mampu menghindar dengan Bono. Selama ini, cerita-cerita yang berkembang dan berseliweran di masyarakat menggambarkan Bono hanya sebagai fenomena alam yang mengerikan dan menakutkan.
Bono sendiri menurut legendanya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Masyarakat tempatan menyebutnya dengan anjing laut. Masyarakatpun sampai saat ini masih mempercayainya.
‘’Itu legendanya. Sebelumnya, jumlahnya ada tujuh ekor, namun oleh tentara Belanda mereka tidak percaya akan hal itu. Oleh masyarakat cobalah tembak dan ternyata memang benar, satu ekor mati sementara tentara Belanda itu pun ikut mati,’’ tutur seorang masyarakat setempat Idris.
Cerita lain yang berkembang adalah Bono yang ada di sungai Kampar merupakan Bono jantan sedangkan Bono yang berada di Sungai Rokan merupakan Bono betina. Pada musim pasang mati, Bono jantan menemui Bono betina untuk mengajaknya bermain di selat Malaka.
Jika bulan mulai membesar mereka masing-masing kembali ke tempat asalnya, Bono jantan mudik ke sungai Kampar dan Bono betina mudik ke sungai Rokan. Semakin sempurna bulan di langit semakin kedua Bono bergembira untuk berpacu dengan dahsyat menuju asalnya sehingga semakin menderu dan bergemuruh sampai ke tempat masing-masing.
Menurutnya, selain di Sungai Kampar, bono juga ada di Sungai Rokan, hanya saja Bono di Sungai Rokan itu adalah betina, sementara yang di Sungai Kampar ini jantan sehingga ketinggian gelombang Bono yang terjadipun cukup tinggi.
Awal mulai munculnya Bono ini terjadi di sekitar Pulau Muda, dorongan arus air dari Hulu menuju ke hilir disambut dengan air pasang dari laut yang hendak menuju ke aliran sungai, pertemuan kedua arus inilah yang menimbulkan gelombang yang cukup dahsyat dan sampai saat ini dikenal dengan bono.
Menurutnya, Bono ini tidak setiap hari ada. Pada waktu tertentu, munculnya bono ini pada siang hari,pada waktu tertentu pula ia akan muncul pada malam hari dan pada waktu tertentu pula ia akan muncul baik siang dan malam hari.
Biasanya, lanjut dia saat musim utara bono besar akan terjadi pada siang hari sebaliknya pada malam hari tidak akan ada bono, kemudian saat musim Selatan Bono besar ini akan terjadi pada malam hari dan sebaliknya pada siang hari bono yang akan kecil sementara saat musim Barat Bono akan terjadi pada siang dan malam hari ini.
Ditakuti
Mata Abu Samah memandang tajam ke arah Sungai Kampar. Pagi itu dia berbaur dengan masyarakat yang menyaksikan sejumlah peselancar yang akan bertarung dalam kompetisi selancar dan bekudo bono. Dia teringat kejadian beberapa tahun silam kala gelombang bono yang dahsyat menghempaskan sebuah speedboat. Sebanyak 45 orang penumpang dalam speedboat tewas disapu gelombang yang cukup dahsyat itu.
Dia bercerita, seperti biasa setiap speedboat yang akan melayari sungai itu akan singgah sebentar di Teluk Meranti, selain untuk menunggu datangnya bono juga untuk berhenti makan bagi penumpang speed. Ketika bono sudah lewat barulah speedboat melanjutkan perjalanan manghantarkan para penumpang ke tujuannya masing-masing.
Hari itu, kapten speedboat membuat keputusan lain. Dia meminta seluruh penumpang masuk ke speedboat karena perjalanan akan dilanjutkan walau gelombang bono belum lewat. ‘’Kapten speednya sudah diingatkan untuk menunggu bono dulu baru berangkat. Tapi dia berkeras dan tetap melanjutkan perjalanannya,’’ ujar Abu Samah.
Menurut dia, ketika itu kapten kapal mengatakan kondisi speedboat bagus dan layak pakai, sehingga dia tetap memaksa berangkat. Tapi nasib berkata lain, belum berapa lama speed itu berlayar masyarakat sudah heboh, karena speed tadi disapu gelombang bono dan para penumpang di dalamnya turut disapu dan tidak bisa menyelamatkan diri.
‘’Gelombang bono ini tidak sama dengan gelombang lainnya. Gelombang bono ini dia bergulung-gulung, jika sudah tersapu gelombang susah untuk menyelamatkan diri,’’ ujarnya.
Disebutkannya, pantang larang yang harus diperhatikan jika melewati sungai ini tidak boleh berkata sombong dan angkuh. Jika berkata sombong dan angkuh pasti akan ada hal-hal yang tidak diinginkan akan terjadi. Karenanya setiap masyarakat yang hendak melewati sungai ini haruslah bersikap sopan dan tidak sombong. Dimana-mana termasuk di sungai ini pasti ada makhluk lain yang tidak diketahui wujud bentuknya.
Selain itu, lanjut dia lagi menjadi seorang kapten kapal di sungai ini tidak perlu surat atau ijazah dari perguruan tinggi manapun, di sini yang paling diperlukan itu kebiasaan dan pengalaman. Karena, usai gelombang bono datang dia akan membentuk daratan-daratan yang tidak akan bisa dilalui oleh speedboat.
‘’Karenanya jika melihat kapten speedboat yang membawa speednya dengan zig zag, sebentar ke kiri sebentar ke kanan itu bukan hal yang aneh. Kondisi yang harus memaksa mereka berbuat demikian, jika tidak mereka bisa kandas. Jika kandasnya setelah gelombang bono datang mungkin tidak masalah, tetapi jika pas gelombang bono datang akan sangat berbahaya sekali,’’ paparnya.
Dulu Menakutkan, Kini Jadi Tujuan Wisatawan
Dulu, ombak bono atau gelombang Sungai Kampar sebagai sosok yang menakutkan, tetapi kini justru menjadi wisata andalan bagi Pelalawan dan juga Provinsi Riau.
Bono biasanya terjadi pada setiap tanggal 10-20 bulan Melayu atau tahun Arab yang biasa disebut penduduk sebagai “bulan besar” atau bulan purnama. Biasanya gelombang bono atau ombak bono yang besar terjadi pada tanggal 13-16 hari bulan. Gelombang yang terjadi biasanya akan berwarna putih dan coklat mengikut warna air Kuala Kampar. Selain itu, bono juga terjadi pada setiap bulan mati yaitu akhir bulan dan awal bulan (tanggal 1) penanggalan Arab.
Lokasi ombak bono atau gelombang bono Sungai Kampar dapat kita jumpai di Sungai Kampar Kecamatan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan. Ada beberapa titik yang biasa digunakan masyarakat sekitar untuk melihat ombak bono salah satunya adalah Tanjung Bebayang atau Tanjung Bayang-Bayang.
Di Tanjung Bebayang ini Pemerintah Kabupaten Pelalawan telah menyediakan sebuah pondok untuk masyarakat yang ingin menikmati gelombang bono. Konon, katanya, di Tanjung Bebayang ini terdapat sebuah istana yang megah dan cantik, namun istana ini tidak dapat dilihat dengan kasat mata, istana ini merupakan istana makhluk halus yang dikenal dengan nama Bunian.
Ombak bono atau gelombang bono (bono wave) terjadi ketika saat terjadinya pasang (pasang naik) yang terjadi di laut memasuki Sungai Kampar. Kecepatan air Sungai Kampar menuju arah laut berbenturan dengan arus air laut yang memasuki Sungai Kampar.
Benturan kedua arus itulah yang menyebabkan gelombang atau ombak tersebut. Bono akan terjadi hanya ketika air laut pasang. Dan akan menjadi lebih besar lagi jika pada saat air laut mengalami pasang besar (bulan besar) diiringi hujan deras di hulu Sungai Kampar. Derasnya arus sungai akibat hujan akan berbenturan dengan derasnya pasang air laut yang masuk ke Kuala Kampar. Awal akan terjadinya ombak bono diawali dengan bunyi gemuruh air. Bunyi gemuruh ini semakin lama akan semakin keras diiringi dengan besarnya gelombang bono. Kecepatan gelombang bono mencapai 40 km/jam.
Tinggi gelombang bono tersebut mencapai 6 meter. Bahkan gelombang bono mampu menyebabkan banjir beberapa saat. Biasanya perkampungan di sekitar tepi Sungai kampar akan digenangi air lebih kurang 1 jam dan ketinggian air menggenangi kampung tersebut mencapai tinggi lutut orang dewasa. ‘’Nasiblah air mati, tak ado Bono. Kalaupun ado pada malam hari sekarang ini,” kata Busri.
Untuk mencapai lokasi bono ini (Sungai Kampar Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan), dari Pekanbaru Ibu Kota Provinsi Riau terlebih dahulu kita menuju Pangkalankerinci Ibu Kota Kabupaten Pelalawan. Perjalanan menuju Pangkalankerinci dapat dilakukan melalui jalur darat dengan jarak tempuh sekitar 70 Km atau 2,5-3 jam perjalanan karena masih jalan tanah.
Alat transportasi umum yang bisa digunakan adalah travel atau biasa disebut dengan superben. Biaya perjalanan dari Pekanbaru menuju Pangkalankerinci sebesar Rp20.000. Kemudian dari Pangkalankerinci menuju Teluk Meranti bisa menggunakan mobil rental atau mobil sewaan dengan tarif Rp50.000 per orang dan terminal mobil rental ini terdapat di Hotel Meranti Pangkalankerinci.
Perjalanan dari Pangkalankerinci ke Teluk Meranti dapat ditempuh dengan waktu 3 jam. Selain itu perjalanan juga dapat dilakukan menggunakan sarana transportasi air, dari Pangkalankerinci (pelabuhan di jembatan Pangkalankerinci) kita bisa menggunakan speedboat ke Desa Teluk Meranti dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 3 jam dengan biaya perjalanan Rp150.000.
Kampung Wisata Teluk Meranti
Dengan adanya gelombang bono dan para turis berselancar di atas-atas gelombang bono, membuat Teluk Meranti menjadi tersohor. Bahkan dengan adanya perhatian serius dari Bupati Pelalawan dan Kementerian Pariwisata RI, maka perkampungan Teluk Meranti menjadi satu perkampungan Sadar Wisata.
‘’Jadi Kuala Kampar menjadi tempat atau Kampung Wisata. Kemudian masyarakatnya diberikan pemahaman tentang sadar wisata. Jadi merekalah mengelola perkampungan itu menjadi tempat wisata dan bisa memberikan penghasilan cukup memajukan daerah,’’ Jelas Direktur Pemberdayaan Masyarakat, Direktorat Jendral (Dirjen) Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementrian Pariwisata, Drs Bakri.
Paling tidak dengan terbentuknya Desa Sadar Wisata tersebut, pemerintah tinggal memberikan ceramah atau pemberdayaan terutama untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.
‘’Bono ini sudah terkenal di manca negara. Bahkan kita sudah berupaya mengajukan sebagai salah satu keajaiban dunia. Di dunia ada dua, di Indonesia di Kuala Kampar dan Sungai Amazon yang ombaknya tak setinggi di Kuala Kampar Indonesia,’’ tegasnya.
Untuk Riau sendiri, desa yang bakal mendapat pemberdayaan untuk peduli wisata atau disebut desa wisata terdapat 28 desa. Yang tersebar di antaranya Kabupaten Bengkalis, Pelalawan, Rohil dan beberapa kabupaten/kota lainnya.
‘’Kita berharap desa-desa wisata ini bisa menjadi kenyataan dan bisa berkembang sendirinya dengan peran serta masyarakat,’’ ucap Bakri.(Riau Pos/JPNN)
Labels:
Wisata Bono,
wisata riau
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment