Taman Mini Indonesia Indah (TMII) memang sudah lama menjadi tempat wisata favorit bagi keluarga di Jakarta. Didirikan pada 1972 dan diresmikan tiga tahun kemudian, TMII menjadi proyek besar sebagai simbol kebudayaan bangsa Indonesia.
Lambat laun TMII menjadi pintu masuk bagi siapa saja yang ingin belajar banyak tentang Indonesia. Terlepas dari sekian banyak pendapat miring tentang TMII, wahana budaya ini sanggup bertahan sebagai tempat mempertontonkan produk-produk budaya yang diminati masyarakat.
Rumah tradisional merupakan wahana unggulan TMII. Disebut wahana karena di situ tumplek-blek berbagai macam aktivitas seni budaya seperti disebut di atas. Tujuannya adalah mengenalkan ragam budaya dari provinsi yang diwakili oleh rumah tradisional tersebut.
Di TMII terdapat 33 anjungan yang mewakili 33 provinsi di seluruh Indonesia. Di atas lahan seluas hampir 2 hektar, anjungan Sumbar tidak hanya membangun rumah gadang dari adat suku Minang, suku terbesar di Sumbar. Di situ juga terdapat rumah Nias yang selama ini menjadi obyek paling diminati para peneliti Jepang.
Ketika terjadi gempa, rumah Nias terbukti mampu bertahan dari gempa skala besar. Struktur rumah Nias ini sekarang tengah diteliti Jepang untuk pengembangan rumah tahan gempa di negara itu. Hal sama terjadi di anjungan Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel). Anjungan ini menampilkan rumah adat Toraja sebagai ikon utama.
Rumah dengan atap menjulang tinggi seperti tanduk kerbau ini dikenal sebagai rumah tongkonan. Rumah ini juga menjadi obyek studi para peneliti asing yang tertarik soal antropologi dan arsitektur tahan gempa.
Di dalam rumah tongkonan terdapat beberapa benda etnografis milik suku Toraja. Jika diminta, ada pemandu wisata yang siap menjelaskan fungsi-fungsi setiap ruangan dan makna filosofis rumah tongkonan bagi etnis Toraja.
No comments:
Post a Comment