Friday, June 19, 2015

Tips





Sebulan menjelang Ujian Nasional (UN), istilah yang paling akrab di kalangan siswa kelas IX atau XII adalah Try-Out (Uji Coba). Hampir semua sekolah sudah sibuk mempersiapkan “simulasi” UN ini. Ada sekolah yang mengadakan try-out mandiri tetapi ada juga sekolah yang mengikuti try-out yang diadakan oleh gugus (rayon) tempat sekolah itu bergabung. Ada prinsip “makin sering mengikuti try-out, siswa akan semakin terbiasa dengan situasi UN”.

Sekolah-sekolah memang menganggap bahwa try-out adalah salah satu cara untuk membiasakan siswa menghadapi UN. Selain menambah pengetahuan tentang soal-soal UN, tips try-out diharapkan dapat membuat siswa semakin akrab dengan hal-hal seputar UN, misalnya
pengisian Lembar Jawab Komputer (LJK) dan cara pengisian nomor ujian. Hal ini diperlukan karena pihak sekolah tentu tidak mau ada siswa yang tidak lulus hanya karena hal-hal administratif.

Lalu bagaimana persiapan sekolah untuk menghadapi try-out ?. Hal ini tentu berbeda di tiap sekolah. Ada sekolah yang cukup mengkondisikan try-out seperti persiapan ulangan harian namun banyak juga sekolah yang sedemikian seriusnya mempersiapkan suatu try-out. Sebagian sekolah akan mengurangi waktu belajar siswa-siswa kelas lain dan sebagian lagi benar-benar meliburkan siswa-siswa kelas lainnya. Bayangkan bahwa sebuah sekolah yang mengadakan try-out sebanyak tiga kali dan masing-masing diadakan selama dua hari. Bukankah siswa di kelas lain yang mencapai 67 % dari total siswa akan kehilangan waktu belajar selama enam hari ?. Kalau sudah demikian, sekolah seharusnya menjadi lebih kritis tentang pengadaan try-out ini.

Dengan keseriusan sekolah mempersiapkan try-out, diharapkan siswa pun akan lebih serius dalam mempersiapkan diri masing-masing. Namun terkadang, keinginan sekolah sangat jauh berbeda dengan kenyataan. Sebagian siswa justru menganggap bahwa try-out tidaklah terlalu penting. Try-out justru membuat mereka harus mengeluarkan tenaga dan uang lebih. Tenaga harus dikuras karena biasanya menjelang try-out akan diadakan pelajaran tambahan setelah pulang sekolah. Uang pun harus dikuras karena biaya try-out memang murni menjadi tanggung jawab siswa. “katanya harus kita yang bayar karena pemerintah khan cuma nyiapin UN-nya”, kata salah seorang siswa.

Sadar bahwa ada siswa yang tidak terlalu serius menghadapi try-out, pihak sekolah pun mencari cara untuk mengatasi hal tersebut. Salah satu cara yang paling populer adalah menjadikan nilai try-out sebagai nilai ulangan yang akan menjadi komponen dalam rapot siswa. Memang ada kejanggalan dalam kebijakan ini. Pada hakikatnya try-out berisi soal-soal yang “mungkin” muncul di UN, lepas dari soal itu sudah pernah di bahas (diajarkan) di kelas atau belum. Sedangkan ulangan harusnya berisi soal-soal yang sudah dibahas di kelas kemudian diujikan. Tapi kebijakan inilah yang diambil untuk membentuk keseriusan siswa dalam menghadapi UN.

Setelah pelaksanaan try-out guru-guru mata pelajaran akan mengadakan evaluasi. Hasil try-out di analisa dan digunakan untuk membuat kebijakan tertentu. Umumnya hasil try-out siswa akan dijadikan acuan untuk mencari siswa yang belum siap dalam menghadapi UN. Dalam hal ini, siswa-siswa yang masih mendapat nilai jelek akan diberi bimbingan khusus. Tidak jarang siswa-siswa yang dinyatakan tidak lulus dalam try-out justru semakin terkucil dalam proses pembelajaran. Hal ini harus dimaklumi karena perlakuan guru-guru yang sangat ekstra pada siswa-siswa yang belum lulus try-out.

Dengan pelaksanaan try-out yang serius ini, pertanyaan yang muncul adalah apakah hasil try-out ini cukup menggambarkan hasil UN nantinya ?. Tampaknya yang bisa menjawab adalah siswa-siswi yang mengikutinya. Merekalah yang paling mengetahui sejauh mana mereka mempersiapkan try-out dan sejauh mana pula mereka akan mempersiapkan Ujian Nasional.


No comments:

Post a Comment