Wednesday, September 18, 2013

Gandeng Jerman, Yogya Rintis 'Green Hotel'

Gandeng Jerman, Yogya Rintis 'Green Hotel'

TEMPO.CO , Yogyakarta - Pemerintah Kota Yogyakarta menggandeng lembaga penelitian asal Jerman, GIZ, untuk mewujudkan prgram green hotel atau hotel ramah lingkungan pada 2014.
Dalam pertemuan antara pihak peneliti Giz dengan pemerintah serta para pelaku perhotelan berbintang di Balai Kota Yogya, Selasa 10 September 2013, program tersebut mengarah utamanya pada pengelolaan limbah air dari hotel.

Peneliti Franhover yang menjadi rekanan GIZ, Marius Mohr mengungkapkan selama ini pengelolaan limbah air yang dilakukan pengusaha perhotelan cenderung konvensional, boros biaya, tidak ramah lingkungan serta kurang bermanfaat.

Pengelolaan limbah masih mengacu pada sistem aerob, dimana membiarkan air limbah yang terbuang dapat menjadi sumber pembentukan mikroorganisme dan menimbulkan potensi gangguan kesehatan. "Perlu ada pembalikan perspektif dalam pengelolaan limbah air ini, khususnya dengan sistem anaerob," kata dia.
Mohr mengungkapkan, sistem aerob pada pengelolaan limbah air perhotelan itu dimungkinkan karena masih mengadopsi pembuangan air dengan konsep gravitasi. Konsep ini hanya memberikan saluran air untuk dibuang tanpa mengalami pengolahan dan penyaringan lebih lanjut.

Phak GIZ pun dalam kesempatan itu membawakan konsep pengelolaan anaerob berbais vacuum system. Konsep ini telah diterapkan di sejumlah hotel Eropa, termasuk di kawasan resort Langkawi Malaysia dan juga Turki. Sistem pengolahan vakum yang ditawarkan menggambarkan beberapa keuntungan, misalnya konstruksi perpipaan pembuangan lebih felskibel pada ruang sempit, periode konstruksi pendek, hemat biaya, serta kemungkinan bocor kecil.

"Jika dengan sistem pembuangan gravitasi butuh banyak pos pembuangan, dengan sistem ini cukup satu pos tersentral lalu diolah pada instalasi pengolahan," kata dia. Hasil pengeolahan air limbah dengan sistem aerob ini pun dapat menghasilkan biogas yang bermanfaat untuk bahan bakar, air toilet, hingga pupuk. Namun air hasil olahan tetap tidak bisa diminum.

Yang menjadi persoalan dalam sistem itu sendiri satu satunya butuh ruang instalasi lumayan besar secara terpisah untuk pengelolaan limbah. Sistem ini diprediksi membutuhakn daya energi listrik 25-200 kiloawat dan energi thermal sekitar 25 kilowat untuk menghasilkan biogas sekitar 220 sampai 330 perkapita pertahun.

Regional Project Director GIZ Ruth Erlbeck sebelumnya mengatakan akan menggandeng beberapa hotel di Yogyakarta sebagai pilot project program green hotel ini. Sementara, pihak perhotelan yang diundang pada pertemuan itu mengatakan masih akan mempelajari dahulu sistem pengolahan limbah vacuum itu. Kepala Bidang Teknik Hotel Saphir Yogyakarta Dodi Purwanto kepada Tempo mengatakan, selama ini kebanyakan hotel memang masih menganut sistem aerob dalam pengolahan limbah.
"Untuk membangun instalasi model ini tentu butuh perombakan dan juga biaya besar, sehingga kami butuh kanjian lebih dalam agar dapat menerapkan ini," kata dia.
PRIBADI WICAKSONO

No comments:

Post a Comment