Friday, October 10, 2014

Astaga! Indonesia Jadi Tujuan Wisata Ratusan Paedofil

Tahun 2014, ada laporan bahwa 200 paedofil masuk Indonesia.
Ita Lismawati F. Malau, Dedy Priatmojo

Kekerasan seksual terhadap anak (foto ilustrasi)

Kekerasan seksual terhadap anak (foto ilustrasi)(VIVAnews/Joseph Angkasa)
VIVAnews - Belum reda kasus kejahatan seksual terhadap anak di Jakarta International School (JIS), kini ancaman pelecehan seksual anak kembali muncul.

Belum lama ini, sebuah informasi mengejutkan terkait kejahatan seksual terhadap anak kembali diterima otoritas Indonesia. Informasi rahasia itu menyebut, masuknya ratusan paedofil dari negara tetangga ke Indonesia di tahun 2014 ini.

"Saya dapat laporan bahwa ada 200 paedofil masuk Indonesia. Kami sudah telusuri ada di mana. Ini semacam wisata bagi mereka (paedofil)," kata Wakil Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Agus Santoso saat berbincang dengan VIVAnews, Selasa 16 September 2014.

Ratusan paedofil dari warga negara asing itu masuk ke Indonesia tahun 2014 secara serentak. Mereka difasilitasi oleh oknum di dalam negeri yang bertindak sebagai event organizer (EO).

Sebagai lembaga intelijen keuangan negara, PPATK diminta kepolisian negara tetangga itu untuk menelusuri aliran dana orang asing yang masuk ke Indonesia melalui oknum yang disebut EO tersebut.

Agus mengatakan, para EO itu yang kemudian mengarahkan para turis paedofil untuk masuk ke daerah-daerah tertentu, tujuannya mencari target anak-anak di perkampungan. Daerah-daerah yang disasar antara lain, beberapa daerah di Sumatera, Cianjur, Semarang, Solo, Palu, dan Bali.

Anak- anak yang mereka sasar pun beragam. Kaum paedofil membaginya ke dalam kategori, yakni anak yang berusia 4 hingga 8 tahun, anak remaja muda dari usia 9 hingga 11 tahun, dan anak remaja berusia 12-15 tahun. "Kalau sudah 15 tahun ke atas biasanya sudah pelacuran anak-anak," ujarnya.

Modus yang mereka gunakan juga bermacam-macam. Para turis paedofil itu sudah mendapat informasi sebelum masuk ke daerah-daerah di Indonesia melalui internet. Agus menyebutkan, bekal informasi yang diterima kaum pedofil itu antara lain, dengan menyiapkan dana bagi warga kampung.

"Pokoknya kalau ke Indonesia bawa cokelat untuk anaknya, bawa uang 10 dolar untuk ibunya, 1 dolar kalau ada polisi, kalau ada masalah. Happy hunting!" terang Agus mengutip informasi yang diterima kaum paedofil melalui situs internet.

Agus menjelaskan, anak-anak yang menjadi target mereka di kampung-kampung itu umumnya akan diminta duduk di pangkuannya, dibelai, dipeluk, hingga dicium. Ada juga anak yang disuruh telanjang sambil bermain air hujan.

"Anak-anak ini terus difoto. Harga foto itu Rp250 ribu. Bisa dijual loh. Jadi ada yang bikin foto, bikin video, dan ada yang lihat langsung, macam-macam modusnya. Yang pasti semua kegiatan itu bikin mereka orgasme," papar Agus. (aba)

No comments:

Post a Comment