Thursday, October 2, 2014

Becak Andong Ujung Tombak Pariwisata

Becak Andong Ujung Tombak Pariwisata

JOGJA – Menyambut Hari Pariwisata Dunia, Dinas Pariwi-sata DIJ menggelar seremonial khusus pada Minggu sore kemarin (28/9). Bertajuk Hangudi Hayuning Pariwisata ing Ngayogyakarto, acara ini dikemas melalui kirab yang meli-batkan kendaraan tradisional berupa andong dan becak .,

Puluhan becak dan andong ini menyusuri sepanjang taman parkir Abu Bakar Ali, Malioboro hingga Alun-Alun Utara. Menurut Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra DIJ Sulistyo, becak dan andong tidak hanya sekadar transportasi.“Ini merupakan bentuk ke-kayaan dan ciri khas yang dimi-liki Jogjakarta. Bisa dibilang becak dan andong merupakan salah satu ujung tombak pari-wisata. Seperti yang kita lihat, meski transportasi berkembang, peminat dan pelakunya tetap ada,” katanya (28/9).

Sulistyo menambahkan dua moda ini merupakan kekuatan penting, di mana saat orang me-naiki kendaraan ini tidak hanya untuk transportasi. Namun juga bernostalgia akan kendaraan tradisional khas Jogjakarta ini.Selain itu dirinya juga berharap pengayuh becak maupun kusir andong memiliki bekal. Khususnya bekal dalam menguasai wisata di Jogjakarta. Jogjakarta sebagai kota destinasi wisata pun turut mengandalkan kedua pelaku ini.“Satu hal yang pasti melekat adalah keramahan para pelaku moda transportasi ini. Bahkan wisatawan asing pun banyak yang memanfaatkan jasa me-reka. Sehingga pembekalan keramahan, kebahasaan dan wisata tentu perlu ditingkatkan,” harap Sulistyo.

Sementara itu Kepala Bidang Destinasi Dinas Pariwisata DIJ Arya Nugrahadi mengungkapkan, ini momentum spesial Jogja-karta telah menjadi salah satu destinasi wisata di Indonesia. Penguatan pun terus dilakukan, salah satunya dengan moda transportasi tradisional.Menurutnya, potensi Jogjakarta sudah sepatutnya saling melen-gkapi. Becak dan andong pun menjadi transportasi menuju destinasi wisata. Khususnya di kawasan Malioboro, becak dan andong telah membantu per-kembangan wisata di sekitarnya.“Semuanya saling melengkapi potensi masing-masing. Ada sentra batik, oleh-oleh khas Jogja, se-muanya dapat ditempuh dengan becak dan andong. Target ke de-pan akan kita kembangkan lagi, dan tidak hanya kirab,” kata Arya.Kirab melibatkan beberapa komunitas di Jogjakarta. Bre-gada Niti Manggala mengawal kirab. Selanjutnya ada tari cross-gender bertajuk Ja’Kun oleh Didik Nini Thowok dan timnya. Juga menampilkan paguyuban Dimas Diajeng DIJ yang menung-gang becak dan andong.

Komunitas Hindhu Indonesia Jogjakarta juga turut meramai-kan kirab ini. Kontingen ini mencuri perhatian karena men-gusung miniatur pura. Disusul komunitas sepeda lipat, komu-nitas mainan othok-othok.“Kita juga menurunkan kereta kencana dari Yudaningratan da-lam pawai ini. Ada juga andong hias dari para anggota PHRI Jog-jakarta. Kali ini juga melibatkan polisi pariwisa yang juga berpe-ran terhadap wisata di Kota Jogja,” kata Arya. (dwi/laz/gp)

No comments:

Post a Comment