Tuesday, September 23, 2014

Sinopsis Novel My Dear Violin karya Riza Dwita Auldin

    Novel My Dear Violin adalah sebuah karya novel yang mengisahkan perjuangan seorang gadis remaja dalam menggapai cita-citanya untuk menjadi Pemain Biola terkenal. Vexia Reziella namanya. Anak berusia 12 tahun ini, biasa dipanggil Vexia. Kecintaannya pada alat music Biola diturunkan dari kakeknya, Mister Guide yang juga Pemain Biola Terkenal. Untuk menggapai cita-citanya, Vexia harus berusaha meyakinkan ayahnya yang selama ini telah menentang hobinya dalam bermain Biola. Ayah Vexia yang tidak satu visi dengannya, menyebabkan kekukuhan hatinya diuji untuk tetap bertahan dengan segala mimpinya menjadi Pemain Biola terkenal.
          Di dalam novel ini bukan hanya menceritakan perjuangan Vexia dalam mendapatkan dukungan dan izin dari orang tuanya untuk bermain Biola. Tetapi  juga diwarnai konflik persahabatannya dengan Gabriella Revina (Rere). Meskipun persahabatan mereka pernah menyandang sebutan “Seperti surat dengan perangko”, namun hubungan itu malah menjadikan konflik dalam hidupnya semakin meruncing.
          Awalnya Rere dan Vexia adalah sahabat yang kompak dalam apapun. Vexia yang berwatak keras kepala selalu diimbangi oleh Rere yang mempunyai sifat lugu dan cerdas. Lebih-lebih mereka saling bergabung memberikan ide cemerlangnya di sebuah klub mading sekolah. Namun, keadaan itu berubah seratus delapan puluh derajat ketika Rere di pilih menjadi wakil ketua Bulletin bersama anak baru bernama Fellicia. Vexia yang memiliki ide pertama untuk mengadakan ekskul Bulletin merasa kecewa, ketika dirinya tidak diangkat menjadi ketua Bulletin oleh pihak guru. Meskipun sebelumnya Vexia tidak berkeinginan untuk menjadi pimpinan Bulletin. Terpilihnya Rere menjadi wakil ketua Bulletin, menyebabkan awal kerenggangan persahabatan mereka. Rasa mementingkan dan menyombongkan diri sendiri mulai muncul menguasai pola pikir Rere. Rere yang memang ingin di puji oleh guru dan kepala sekolah, seperti telah terwujud semua impiannya. Ia merasa sudah di atas Vexia. Terlebih Rere berhasil membuat dan menerbitkan 2 buku karyanya sendiri. Vexia pun juga ingin memperlihatkan kepada Rere bahwa ia bisa tanpanya.
          Vexia yang diam-diam mengikuti klub biola tanpa seizin orang tuanya, merasa dunianya hancur berkeping-keping ketika melihat kepingan biola yang pecah karena kemarahan ayahnya setelah mengetahui hal itu. Ayah Vexia merasa kecewa kepada anak semata wayangnya, karena memang sudah berkali-kali menyarankan dan menyuruh Vexia untuk fokus dalam pelajaran dan berhenti untuk bermain Biola. Vexia curiga, bahwa ada seseorang yang telah memberitahu ayahnya. Dengan surat kaleng yang di kirim ke rumahnya secara tiba-tiba, ia baru sadar bahwa Rere lah yang selama ini memata-matai dan memberitahu ayahnya.
          Kabar duka datang dari Rere. Ia mengalami kecelakaan dan masuk ke rumah sakit. Kabar itu pun segera terdengar sampai ke telinga Vexia. Meskipun akhir-akhir ini ia sedang memendam kemarahan dengan Rere, namun ia tetap merasa sedih akan hal itu. Tetapi mungkin hal itulah yang menyadarkan mereka berdua untuk menjalin persahabatan kembali dan meninggalkan semua ego masing-masing. Vexia merasa terharu dan bercampur senang karena memang hal itulah yang menjadi kenangan terakhir bersama temannya sebelum ia bersama keluarganya pergi dan tinggal di Selandia.
          Dua tahun kemudian Vexia Reziella telah mempunyai koleksi biola sekaligus piala kejuaraan yang jumlahnya tidak terhitung lagi. Ayah dan ibunya telah memberikan izin dan dukungan penuh kepadanya untuk meraih cita-cita menjadi Pemain Biola. Selain itu ia juga telah berhasil duet bersama dengan sang pujaan yang selama ini ia idam-idamkan, George Cuide. Inilah kisah akhir yang diceritakan dalam novel My Dear Violin. Namun bukan berarti perjuangan Vexia terhenti sampai ia menjadi Pemain Biola yang hebat dan terkenal. Semoga di luar sana ada Vexia-Vexia lain yang juga mempunyai semangat seperti tokoh utama dalam cerita novel ini.

No comments:

Post a Comment